KISAH TRAGIS SENIMAN BESAR CIJULANG, 15 TAHUN MENDERITA STROKE
https://www.pangandarannews.com/2016/03/kisah-tragis-seniman-besar-cijulang-15.html
PANGANDARAN. Sungguh tragis nasib Sahili (63) salah satu seniman besar sunda asal Cijulang yang harus terbaring selama 15 tahun dengan penyakit stroke yang dideritanya. Ditemani istrinya Atikah (50) dan anak bungsunya, dengan menempati sepetak rumah kayu hasil gotong royong tetangganya, nyaris tidak ada yang bisa dilakukan Sahili dalam kesehariannya. “Kayu, genting dan bahan lainnya kami dapatkan dari sisa pembangunan pasar dan sebuah sekolah dasar. “Terang Hj. Nonok (78), salah seorang tetangga yang sudah berbaik hati memberikan pinjaman lahan untuk ditempati rumah keluarga Sahli.(24/3).
Sahili yang tinggal di Rt 02/05 Dusun Ciwaru Desa/Kecamatan Cijulang, untuk kebutuhan sehari-harinya hanya mengandalkan upah yang diterima istrinya sebagai buruh di pabrik kurupuk. “Saya dapat upah enam ribu, lumayan untuk menyambung kebutuhan sehari-hari. “Ungkap Atikah.
Menurut Atikah, kadang-kadang dari anaknya sebagai tenaga magang di Puskesmas Cijulang, keluarga Sahili pun mendapat tambahan untuk keperluan sehari-harinya. “Selain itu saya pun kerja apa saja yang penting ada hasil yang bisa dibawa pulang ke rumah. “Tutur Atikah.
Sementara Sahili dengan penyakit yang sudah 15 tahun dideritanya hanya bisa terbaring tak berdaya. Jangankan untuk berdiri, apa-apa pun kini hanya mengandalkan istrinya, hingga untuk (maaf) buang air besar pun tangan terampil istrinya dengan gesit melayani semua kebutuhan Sahili.
Konon, menurut salah seorang tetangganya Hj. Nonok, dahulu Sahili seorang seniman besar sunda asal cijulang. Kejenakaannya di panggung bersama grup reog atau calungnya, Sahili bisa membuat penonton terpingkal-pingkal dengan lawakannya. “Dulu ia lebih dikenal dengan panggilan mang utet. “Terang Hj. Nonok.
Ditambahkan Nonok, dulu tidak ada yang tidak kenal panggilan “Utet”, apalagi pada musim hajatan dimana Utet selalu tampil dari panggung ke panggung menghibur penonton dengan banyolannya yang jenaka. “Kalau ingat, saya sampai keluar air mata karena saking lucunya saat menonton aksi utet di panggung. “Kenang Nonok.
Kini Utet hanya bisa berbaring, tak ada lagi kelucuan pada raut wajahnya. Hari demi hari pun dilalui di atas selembar kasur tipis di sebuah gubuk panggung. Tak ada lagi suara tawa penonton yang engelu-elukannya, kini hanya penyakit yang sudah belasan tahun diderita menjadi saksi hari tuanya. (AGE-PNews)