CIJULANG MENUJU PERADABAN DUNIA, BERJAYALAH DI TANAH LEGENDA.
https://www.pangandarannews.com/2016/09/cijulang-menuju-peradaban-dunia.html
CIJULANG-Cijulang salah satu wilayah kecamatan di Kabupaten Pangandaran, secara geografis berada di wilayah selatan Jawa Barat, dan mayoritas penduduknya hampir 70% menggantungkan hidupnya dari hasil pertanian dan nelayan.
Masyarakat cijulang dikenal sebagai masyarakat yang ramah dan agamis sehingga disegani masyarakat dari daerah lain. Cijulang juga bisa membuat betah para pendatang, saking betahnya di cijulang, banyak pendatang yang menikah dengan warga sekitar dan menetap hingga bertahun-tahun.
Kini cijulang tepatnya di Bandara Nusawiru, dipercaya menjadi salah satu tempat berlangsunya Pesta Olaharaga Nasional (PON) ke XIX tahun 2016 untuk cabang olahraga terjun payung, yang diikuti dari 12 provinsi.
Mungkin semua itu tak lepas dari sejarah Cijulang yang menurut uga (kepercayaan masyarakat), sudah diramal para orang tua dahulu, Cijulang akan menjadi perhatian dunia. Seperti sekarang, obyek wisata Green Canyon dan pantai Batukaras, namanya dua tempat tujuan wisata tersebut sudah dikenal di dunia wisata internasional. Juga dengan dibangunnya Bandara Nusawiru yang menurut rencana kedepannya akan menjadi Bandara Internasional.
Menurut salah seorang kasepuhan Cijulang, Abah Kundil (56) warga Dusun Binangun Desa Kondangjajar semuanya sudah diramal para orangtua dahulu jauh-jauh hari.
“Salah satu ungkapan tersebut, Isukan mah di cijulang bakal loba papatong besi (kelak di cijulang akan banyak capung besi/pesawat-red) dan sekarang terbukti cijulang menjadi bandar udara. “Ungkap Abah Kundil. (22/09).
Masih menurut Abah Kundil, warga cijulang konon merupakan keturunan Sunan Raja Mandala yang dikaruniai lima orang anak lelaki. Anak pertama bernama Nini Gede Aki Gede (Sembah gede), yang pada waktu itu ditempatkan di wilayah Banyumas ( saat itu banyumas masuk wilayah kerajaan Galuh). Sebagai bukti nyata di wilayah tersebut sekarang ada tempat bernama Baturraden, konon katanya ditempat itu ada tempat yang dikeramatkan, berupa maqom.
Menurut keterangan, maqom tersebut adalah maqom batire raden (teman raden) yang meninggal diwilayah Purwokerto/Banyumas.
“Gelar raden kan hanya ada di daerah sunda (priangan-red), sebab untuk jawa biasa dengan sebutan ndoro. “Kata Bah Kundil.
Yang kedua, lanjut Bah Kundil, bernama Jang pati yang tinggal di Jambansari Ciamis, ketiga Jang Singa menetap di Panjalu ( maung panjalu), ke empat Jang Raga dan yang kelima Jang Langas (dimakamkan di Sembah Agung) berada di Desa Batukaras-Cijulang.
Menurut Bah Kundil, semua keturunan Sunan Raja Mandala adalah pejuang dalam mengembangkan syariat agama Islam di tanah Jawa.
“Mereka mendirikan beberapa pesantren, termasuk di wilayah Binangun Cijulang", jelas Abah.
Masih cerita Bah Kundil, menurut buku sejarah kacijulangan, dulu tempat ini (Bandara Nusawiru-red) adalah yang disebut dengan Gunung Amparan, sebuah dataran tertinggi di Nusa Jawa, dan di sini ada satu makam keramat Sanghiyang Wiruna ( Eyang prabu waseh ), yang masih kerabat dari Sunan Raja Mandala, tepatnya di wiru (sekarang dekat kantor Bandara). Konon dulu tempat tersebut merupakan tempatnya para ghoib-ghoib setanah jawa berkumpul dan mengesahkan Sanghiyang Wiruna mendapat gelar Eyang Prabu Waseh.
Pohon wareng yang berada di sekitar bandara, menurut Bah Kundil, merupakan pintu gerbang masuk ke kerajaan ghoib yang dikawal para penjaganya dengan jumlah banyak.
“Disana segala mahluk ghoib ada, seperti macan putih, harimau hitam, harimau kuning sementara letak kerajaannya ada di tempat wiru yang tadi saya sebutkan", imbuhnya.
Dahulu kala, dari para leluhur dan abdi dalem kasundaan ada satu kalimat ikrar, isukan mah taya deui tanah resmi lir Pasundan (kelak, tidak ada lagi tanah yang resmi menuju puncak kejayaan, kecuali tanah Pasundan.).
Dari perkataan orang tua dahulu tersebut, kini masyarakat pasundan sudah mulai merasakan dan membuktikan, tanah pasundan memang merupakan daerah yang maju dan menjadi pusat kebudayaan yang mendunia.
“Dari mulai pelaksanaan Konfrensi Asia-Afrika sampai acara acara penting internasional lainnya sering di laksanakan di bandung, dan sekarang menjadi tuan rumah PON XIX 2016. “ pungkas Abah Kundil. (AGE).
Masyarakat cijulang dikenal sebagai masyarakat yang ramah dan agamis sehingga disegani masyarakat dari daerah lain. Cijulang juga bisa membuat betah para pendatang, saking betahnya di cijulang, banyak pendatang yang menikah dengan warga sekitar dan menetap hingga bertahun-tahun.
Kini cijulang tepatnya di Bandara Nusawiru, dipercaya menjadi salah satu tempat berlangsunya Pesta Olaharaga Nasional (PON) ke XIX tahun 2016 untuk cabang olahraga terjun payung, yang diikuti dari 12 provinsi.
Mungkin semua itu tak lepas dari sejarah Cijulang yang menurut uga (kepercayaan masyarakat), sudah diramal para orang tua dahulu, Cijulang akan menjadi perhatian dunia. Seperti sekarang, obyek wisata Green Canyon dan pantai Batukaras, namanya dua tempat tujuan wisata tersebut sudah dikenal di dunia wisata internasional. Juga dengan dibangunnya Bandara Nusawiru yang menurut rencana kedepannya akan menjadi Bandara Internasional.
Menurut salah seorang kasepuhan Cijulang, Abah Kundil (56) warga Dusun Binangun Desa Kondangjajar semuanya sudah diramal para orangtua dahulu jauh-jauh hari.
“Salah satu ungkapan tersebut, Isukan mah di cijulang bakal loba papatong besi (kelak di cijulang akan banyak capung besi/pesawat-red) dan sekarang terbukti cijulang menjadi bandar udara. “Ungkap Abah Kundil. (22/09).
Masih menurut Abah Kundil, warga cijulang konon merupakan keturunan Sunan Raja Mandala yang dikaruniai lima orang anak lelaki. Anak pertama bernama Nini Gede Aki Gede (Sembah gede), yang pada waktu itu ditempatkan di wilayah Banyumas ( saat itu banyumas masuk wilayah kerajaan Galuh). Sebagai bukti nyata di wilayah tersebut sekarang ada tempat bernama Baturraden, konon katanya ditempat itu ada tempat yang dikeramatkan, berupa maqom.
Menurut keterangan, maqom tersebut adalah maqom batire raden (teman raden) yang meninggal diwilayah Purwokerto/Banyumas.
“Gelar raden kan hanya ada di daerah sunda (priangan-red), sebab untuk jawa biasa dengan sebutan ndoro. “Kata Bah Kundil.
Yang kedua, lanjut Bah Kundil, bernama Jang pati yang tinggal di Jambansari Ciamis, ketiga Jang Singa menetap di Panjalu ( maung panjalu), ke empat Jang Raga dan yang kelima Jang Langas (dimakamkan di Sembah Agung) berada di Desa Batukaras-Cijulang.
Menurut Bah Kundil, semua keturunan Sunan Raja Mandala adalah pejuang dalam mengembangkan syariat agama Islam di tanah Jawa.
“Mereka mendirikan beberapa pesantren, termasuk di wilayah Binangun Cijulang", jelas Abah.
Masih cerita Bah Kundil, menurut buku sejarah kacijulangan, dulu tempat ini (Bandara Nusawiru-red) adalah yang disebut dengan Gunung Amparan, sebuah dataran tertinggi di Nusa Jawa, dan di sini ada satu makam keramat Sanghiyang Wiruna ( Eyang prabu waseh ), yang masih kerabat dari Sunan Raja Mandala, tepatnya di wiru (sekarang dekat kantor Bandara). Konon dulu tempat tersebut merupakan tempatnya para ghoib-ghoib setanah jawa berkumpul dan mengesahkan Sanghiyang Wiruna mendapat gelar Eyang Prabu Waseh.
Pohon wareng yang berada di sekitar bandara, menurut Bah Kundil, merupakan pintu gerbang masuk ke kerajaan ghoib yang dikawal para penjaganya dengan jumlah banyak.
“Disana segala mahluk ghoib ada, seperti macan putih, harimau hitam, harimau kuning sementara letak kerajaannya ada di tempat wiru yang tadi saya sebutkan", imbuhnya.
Dahulu kala, dari para leluhur dan abdi dalem kasundaan ada satu kalimat ikrar, isukan mah taya deui tanah resmi lir Pasundan (kelak, tidak ada lagi tanah yang resmi menuju puncak kejayaan, kecuali tanah Pasundan.).
Dari perkataan orang tua dahulu tersebut, kini masyarakat pasundan sudah mulai merasakan dan membuktikan, tanah pasundan memang merupakan daerah yang maju dan menjadi pusat kebudayaan yang mendunia.
“Dari mulai pelaksanaan Konfrensi Asia-Afrika sampai acara acara penting internasional lainnya sering di laksanakan di bandung, dan sekarang menjadi tuan rumah PON XIX 2016. “ pungkas Abah Kundil. (AGE).