JEMBATAN SEMPIT, SALAH SATU PENYEBAB MACETNYA JALAN MENUJU PACUAN KUDA
https://www.pangandarannews.com/2016/10/jembatan-sempit-salah-satu-penyebab.html
CIMERAK-Jembatan sebelum masuk lapang pacuan kuda Legokjawa Cimerak Kabupaten Pangandaran, dianggap salah satu penyebab kemacetan yang terjadi saat final lomba kuda pacu PON XIX 2016. Pasalnya, jembatan tersebut terlalu sempit dan tidak bisa dilalui dua kendaraan roda empat sekaligus. Walau pun diakui, jumlah penonton yang akan menyaksikan pacuan kuda saat itu memang jauh dari yang dibayang sebelumnya.
Sebenarnya, menurut salah seorang warga Desa Legokjawa, Wardi (71), dulu, jembatan tersebut dibangun sebagai jembatan darurat pasca terjadi bencana tsunami tahun 2006, karena sebelumnya, jembatan tersebut terbuat dari kayu.
“Sebelumnya, dulu jembatan masih menggunakan kayu hasil gotong-royong warga disini. “Terang Wardi.(28/9).
Ketika terjadi tsunami, lanjut Wardi, pemerintah pun membangun jembatan tersebut lebih permanen dan kokoh. Tapi Wardi menyayangkan, menurutnya, saat itu masyarakat sudah menyarankan agar jembatan dibangun lebih lebar karena dikemudian hari jembatabn tersebut bisa digunakan sebagai sarana transportasi untuk kendaraan yang akan menuju ke lapang pacuan kuda.
“Tapi entah kenapa, pemerintah tetap membangun dengan lebar yang seperti sekarang bisa kita lihat. “ungkap Wardi.
Kemacetan saat final pacuan kuda PON XIX tersebut, sebenarnya, menurut Wardi, sudah diprediksi dari awal. Dan jika saja pemerintah saat itu mau mendengar apa yang dikatakan masyarakat, tentunya, paling tidak kemacetan tidak akan separah seperti yang terjadi minggu lalu.
“Di Pangandaran, pacuan kuda sudah merupakan jenis olahraga tradisonal yang sangat diminati masyarakat, apalagi PON kemarin kan menampilkan kuda-kuda nasional. “kata Wardi lagi.
Kepada Pemerintah Kabupaten Pangandaran, Wardi pun berharap agar keberadaan jembatan tersebut bisa menjadi bahan pertimbangan untuk pembangunan infrastruktur tahun yang akan datang.
“Mungkin dibangun jembatan satu lagi, atau terserah permerintah bagaimana mencari solusinya, “pungkas Wardi. (hiek)