SPP KRITISI PROGRAM PENGHIJAUAN DKPK PANGANDARAN, ARIF BUDIMAN: “PENGHIJAUN TERSEBUT ASAL-ASALAN DAN KONYOL..”
https://www.pangandarannews.com/2016/12/spp-kritisi-program-penghijauan-dkpk.html
PARIGI – Serikat Petani Pasundan (SPP) mengkritisi program penanaman pohon yang dilaksanakan Dinas Kelautan Pertanian Kehutanan (DKPK) Kabupaten Pangandaran.
Menurut koordinator SPP Kabupaten Pangandaran, Arif Budiman, program penanaman pohon yang dilaksanakan DKPK dinilai tidak tepat sasaran dan terkesan asal-asalan.
“Penanaman pohon tersebut sarat dengan kepentingan produksi hasil kayu untuk prioritas bisnis dan sama sekali tidak berbasis pada penghijauan atau penyelamatan hutan alam,” kata Arif.(9/12).
Menurut Arif, seharusnya kegiatan penanaman pohon diprioritaskan untuk tujuan penghijauan, pasalnya saat ini di Pangandaran banyak hutan yang kondisinya kritis sehingga dapat meminimalisasi terjadinya bencana alam longsor dan banjir.
“Dari data yang diperoleh, saat ini terdapat 3.549 hektar lahan hutan kritis karena penebangan pohon.” tambah Arif.
Padahal, lanjut Arif, jika penanaman pohon tersebut berjenis tanaman berbuah, maka dipastikan setelah tumbuh besar pohon tersebut tidak akan cepat ditebang dan itu akan menjadi penyangga tanah dan resapan air saat musim hujan.
“Penanaman pohon yang dilakukan DKPK kami sebut penghijauan konyol, karena dalam kurun waktu 5 tahun ke depan pohon yang sekarang ditanam akan kembali ditebang habis, sebab jenis pohon yang ditanam diantaranya albasiah, jati dan mahoni,” ungkap Arif lagi.
Arif menjelaskan, penanaman pohon tersebut dirasa tidak efektif, karena seharusnya DKPK dalam program tersebut menanam pohon yang akan menghasilkan, seperti jenis buah-buahan. Antara lain durian, rambutan, dukuh dan lain-lain.
“Jika yang ditanam jenis tanaman tersebut, saya yakin akan tumbuh puluhan tahun karena hanya akan diambil buahnya tanpa harus menebang pohonnya,” jelas Arif.
Ditemui di ruang kerjanya, Kepala Dinas Kelautan Pertanian Kehutanan (DKPK) Kabupaten Pangandaran. Ir. Adi Nugraha, M.Pd mengatakan, penanaman yang dilakukan pihaknya merupakan dalam momentum Hari Menanam Pohon dan penanaman tersebut bisa dilaksanakan dimana saja.
“Dinas kami sentral konsentrasinya ke hutan rakyat, bahkan saat ini kami telah menganjurkan satu orang untuk menanam pohon sebanyak 25 pohon seumur hidup,” kata Adi.
Adi menjelaskan, pihaknya telah melaksanakan penanaman pohon jenis bambu sebanyak 5000 pohon, mahoni uganda sebanyak 2000 pohon, albasiah sebanyak 50.000 pohon, duren sebanyak 5000, aprika sebanyak 1.300 pohon, pala sebanyak 10.000 pohon dan jati sebanyak 6000 pohon.
“Pelaksanaan penanaman sendiri dilaksanakan di 12 desa yang tersebar di beberapa kecamatan diantaranya di Kecamatan Parigi, Cimerak, Cigugur, Kecamatan, Cijulang, Langkaplancar, Sidamulih dan Kecamatan Kalipucang dengan total areal 193 hektar per 5 kilo meter,” terangnya.
Sementara menyikapi tuduhan SPP yang mkengatakan program tersebut terkesan dipaksakan, Adi menganggap sebagai bahan masukan untuk pelaksanaan program penanaman dikemudian hari.
“Selain itu perlu diketahui, mulai tahun depan bidang kehutanan sudah bukan menjadi tanggung jawab dinas nya karena diambil alih oleh Pemrintah Provinsi. “pungkasnya. ( AGE).
Menurut koordinator SPP Kabupaten Pangandaran, Arif Budiman, program penanaman pohon yang dilaksanakan DKPK dinilai tidak tepat sasaran dan terkesan asal-asalan.
“Penanaman pohon tersebut sarat dengan kepentingan produksi hasil kayu untuk prioritas bisnis dan sama sekali tidak berbasis pada penghijauan atau penyelamatan hutan alam,” kata Arif.(9/12).
Menurut Arif, seharusnya kegiatan penanaman pohon diprioritaskan untuk tujuan penghijauan, pasalnya saat ini di Pangandaran banyak hutan yang kondisinya kritis sehingga dapat meminimalisasi terjadinya bencana alam longsor dan banjir.
“Dari data yang diperoleh, saat ini terdapat 3.549 hektar lahan hutan kritis karena penebangan pohon.” tambah Arif.
Padahal, lanjut Arif, jika penanaman pohon tersebut berjenis tanaman berbuah, maka dipastikan setelah tumbuh besar pohon tersebut tidak akan cepat ditebang dan itu akan menjadi penyangga tanah dan resapan air saat musim hujan.
“Penanaman pohon yang dilakukan DKPK kami sebut penghijauan konyol, karena dalam kurun waktu 5 tahun ke depan pohon yang sekarang ditanam akan kembali ditebang habis, sebab jenis pohon yang ditanam diantaranya albasiah, jati dan mahoni,” ungkap Arif lagi.
Arif menjelaskan, penanaman pohon tersebut dirasa tidak efektif, karena seharusnya DKPK dalam program tersebut menanam pohon yang akan menghasilkan, seperti jenis buah-buahan. Antara lain durian, rambutan, dukuh dan lain-lain.
“Jika yang ditanam jenis tanaman tersebut, saya yakin akan tumbuh puluhan tahun karena hanya akan diambil buahnya tanpa harus menebang pohonnya,” jelas Arif.
Ditemui di ruang kerjanya, Kepala Dinas Kelautan Pertanian Kehutanan (DKPK) Kabupaten Pangandaran. Ir. Adi Nugraha, M.Pd mengatakan, penanaman yang dilakukan pihaknya merupakan dalam momentum Hari Menanam Pohon dan penanaman tersebut bisa dilaksanakan dimana saja.
“Dinas kami sentral konsentrasinya ke hutan rakyat, bahkan saat ini kami telah menganjurkan satu orang untuk menanam pohon sebanyak 25 pohon seumur hidup,” kata Adi.
Adi menjelaskan, pihaknya telah melaksanakan penanaman pohon jenis bambu sebanyak 5000 pohon, mahoni uganda sebanyak 2000 pohon, albasiah sebanyak 50.000 pohon, duren sebanyak 5000, aprika sebanyak 1.300 pohon, pala sebanyak 10.000 pohon dan jati sebanyak 6000 pohon.
“Pelaksanaan penanaman sendiri dilaksanakan di 12 desa yang tersebar di beberapa kecamatan diantaranya di Kecamatan Parigi, Cimerak, Cigugur, Kecamatan, Cijulang, Langkaplancar, Sidamulih dan Kecamatan Kalipucang dengan total areal 193 hektar per 5 kilo meter,” terangnya.
Sementara menyikapi tuduhan SPP yang mkengatakan program tersebut terkesan dipaksakan, Adi menganggap sebagai bahan masukan untuk pelaksanaan program penanaman dikemudian hari.
“Selain itu perlu diketahui, mulai tahun depan bidang kehutanan sudah bukan menjadi tanggung jawab dinas nya karena diambil alih oleh Pemrintah Provinsi. “pungkasnya. ( AGE).