MISTERI DEWI SITI SAMBOJA DAN PEMANDIAN RENGGANIS
https://www.pangandarannews.com/2017/01/misteri-dewi-siti-samboja-dan-pemandian.html
PANGANDARAN - Goa Rengganis merupakan salah satu obyek wisata alam di Cagar Alam Pananjung masuk dalam kawasan BKSDA Pangandaran Jawa Barat. Konon, di tempat ini pada gua setinggi kurang lebih 3 meter, disitulah tempat Sendang Goa Rengganis.
Menurut salah satu versi, legenda tentang goa rengganis berawal dari sepasang kekasih bernama Dewi Siti Samboja dan Raden Anggalarang, karena perkawinan mereka tidak disetujui orangtua Raden Anggalarang, maka mereka kabur dan mendirikan kerajaan di Pananjung.
"Seiring berjalannya waktu, kerajan yang mereka bangun pun tumbuh dan berkembang pesat. “ungkap Kepala Desa Pananjung, Dedi Hermawan mengawali cerita.
Dengan kekayaan dari hasil bumi yang berlimpah, rakyatnya pun menjadi makmur dan sejahtera. Namun justru karena kemakmuran tersebut akibatnya banyak kerajaan lain yang ingin menguasasi sehingga memicu terjadinya perebutan kekuasaan oleh orang-orang yang haus harta dan tahta.
“Termasuk seorang bajak laut dari seberang lautan yang dipimpin Kalasamudra, sehingga waktu itu pertempuran sengit pun tak bisa dihindari yang mengakibatkan bala tentara dari kedua belah pihak pun banyak yang tewas termasuk Raden Anggalarang terbunuh", paparnya.
Masih cerita Dedi, dalam situasi yng kacau, Dewi Siti Samboja melarikan diri dan menghilang tidak tahu rimbanya.
“Konon menurut cerita, Sang Dewi Siti Samboja moksa lepas dari ikatan dunia fana, hilang tanpa meninggalkan jejak dan jasadnya pun lenyap tidak berbekas. “tutur Dedi.
Dan masih menurut legenda, peristiwa moksanya Dewi Siti Samboja yang bergelar Dewi Rengganis itu terjadi di telaga mata air tempat pemandian keluarga raja ini, di kawasan Cagar Alam Pananjung.
Dikisahkan juga, Dewi Rengganis merupakan salah satu putri pertama Eyang Argopuro, seorang petapa dari Desa Bagelen Purworejo Wonosobo yang mengembara ke Tatar Galuh pada abad 14 hingga abad 16.
Dalam kisahnya, Dewi Rengganis merupakan istri Raden Anggalarang yang pernah mendirikan Kerajaan Galuh Tanduran di daratan Pananjung, berdirinya kerajaan tersebut atas permintaan Raden Anggalarang kepada ayahnya Prabu Haurkuning salah satu raja di tanah Pajajaran waktu itu.
Raden Anggalarang sebetulnya tidak direstui untuk mendirikan Kerajaan Galuh Tanduran oleh ayahnya sebab di kawasan tersebut waktu itu masih hutan belantara dan banyak binatang buas, juga karakteristik masyarakat pendatangnya yang keras membuat Prabu Haurkuning setengah hati memberi izin kepada Raden Anggalarang.
Namun karena kasih sayang ayah kepada anaknya, Prabu Haurkuning pun mengizinkan Anggalarang mendirikan kerajaan Galuh Tanduran dengan ditemani Patih Kidang Pananjung.
“Tetapi Prabu Haurkuning saat itu mengatakan, kalau kerajaan yang akan didirikan Raden Anggalarang itu hanya bisa bertahan seumur jagung saja,” kata Dedi.
Setelah Raden Anggalarang dengan Patih Kidang Pananjung berhasil mendirikan kerajaan, Anggalarang akhirnya menikah dengan Dewi Rengganis.
Karena kecantikan Dewi Rengganis kala itu menjadi buah bibir di mana-mana, sehingga para Bajo atau bajak laut dari daerah Nusakambangan berniat jahat ingin merebut Dewi Rengganis.
Sifat Bajo sangat jahat, tidak berprikemanusiaan dan selalu ingin menguasai hasil bumi masyarakat, baik hasil bumi dari daratan atau dari laut. Dengan berbagai cara dan upaya kala itu, akhirnya para Bajo berkali-kali berusaha menculik Dewi Rengganis dengan cara membunuh terlebih dulu Raden Anggalarang.
Tapi walau pun saat itu Raden Anggalarang terbunuh, upaya Bajo untuk menculik Dewi Rengganis tidak berhasil karena Dewi Rengganis selalu dilindungi Patih Kidang Pananjung.
“Saat dikejar oleh para bajo, Dewi Rengganis bersembunyi ke taman sari atau keputren yang merupakan salah satu taman Kerajaan Galuh Tanduran,” imbuh Dedi.
Dan di lokasi taman sari tersebut terdapat goa yang mengalir air, namun dengan kesaktian yang dimiliki Dewi Rengganis, ia bisa tembus ke dalam goa walau sepanjang lokasi goa itu merupakan sungai.
Setelah Dewi Rengganis masuk kedalam goa yang mengalir sungai tersebut, para Bajo tidak ada yang berani untuk masuk ke tempat itu dan akhirnya mengurungkan niat untuk menculik Dewi Rengganis.
“Sejak saat itulah, ketika Dewi Rengganis masuk ke goa itu tidak muncul lagi, beberapa tokoh supranatural berpendapat kalau Dewi Rengganis mengahilang atau tilem di tempat itu. Dan sejak kejadian itu juga goa tersebut dinamakan warga dengan nama Goa Rengganis. “kata warga Panannjung, Masruroh (52).
Seperti diketahui, Goa Rengganis tersebut memiliki panjang 125 meter dan lebar 2-3 meter dengan ketinggian sungai berpariatif dari mulai 2 meter hingga 13 meter dan berdiameter 13 meter.
Goa Rengganis diyakini oleh yang mempercayainya, sebagai tempat keramat dan airnya berkhasiat bisa mengakibatkan awet muda dan melancarkan jodoh, sehingga pada hari tertentu banyak orang yang sengaja mandi dengan harapan bisa awet muda dan dimudahkan mendapat jodoh.
“Hasil penelitian dan kajian ilmiah beberapa praktisi pendidikan menyatakan kalau air yang mengalir dari dalam Goa Rengganis memiliki kandungan MGCO3 yang dapat merapatkan atau memperkecil pori-pori kulit sehingga jika mandi menggunakan air tersebut sel kulit yang mati bisa hidup kembali dan segar,” pungkas Dedi Hermawan. (AGE).
Menurut salah satu versi, legenda tentang goa rengganis berawal dari sepasang kekasih bernama Dewi Siti Samboja dan Raden Anggalarang, karena perkawinan mereka tidak disetujui orangtua Raden Anggalarang, maka mereka kabur dan mendirikan kerajaan di Pananjung.
"Seiring berjalannya waktu, kerajan yang mereka bangun pun tumbuh dan berkembang pesat. “ungkap Kepala Desa Pananjung, Dedi Hermawan mengawali cerita.
Dengan kekayaan dari hasil bumi yang berlimpah, rakyatnya pun menjadi makmur dan sejahtera. Namun justru karena kemakmuran tersebut akibatnya banyak kerajaan lain yang ingin menguasasi sehingga memicu terjadinya perebutan kekuasaan oleh orang-orang yang haus harta dan tahta.
“Termasuk seorang bajak laut dari seberang lautan yang dipimpin Kalasamudra, sehingga waktu itu pertempuran sengit pun tak bisa dihindari yang mengakibatkan bala tentara dari kedua belah pihak pun banyak yang tewas termasuk Raden Anggalarang terbunuh", paparnya.
Masih cerita Dedi, dalam situasi yng kacau, Dewi Siti Samboja melarikan diri dan menghilang tidak tahu rimbanya.
“Konon menurut cerita, Sang Dewi Siti Samboja moksa lepas dari ikatan dunia fana, hilang tanpa meninggalkan jejak dan jasadnya pun lenyap tidak berbekas. “tutur Dedi.
Dan masih menurut legenda, peristiwa moksanya Dewi Siti Samboja yang bergelar Dewi Rengganis itu terjadi di telaga mata air tempat pemandian keluarga raja ini, di kawasan Cagar Alam Pananjung.
Dikisahkan juga, Dewi Rengganis merupakan salah satu putri pertama Eyang Argopuro, seorang petapa dari Desa Bagelen Purworejo Wonosobo yang mengembara ke Tatar Galuh pada abad 14 hingga abad 16.
Dalam kisahnya, Dewi Rengganis merupakan istri Raden Anggalarang yang pernah mendirikan Kerajaan Galuh Tanduran di daratan Pananjung, berdirinya kerajaan tersebut atas permintaan Raden Anggalarang kepada ayahnya Prabu Haurkuning salah satu raja di tanah Pajajaran waktu itu.
Raden Anggalarang sebetulnya tidak direstui untuk mendirikan Kerajaan Galuh Tanduran oleh ayahnya sebab di kawasan tersebut waktu itu masih hutan belantara dan banyak binatang buas, juga karakteristik masyarakat pendatangnya yang keras membuat Prabu Haurkuning setengah hati memberi izin kepada Raden Anggalarang.
Namun karena kasih sayang ayah kepada anaknya, Prabu Haurkuning pun mengizinkan Anggalarang mendirikan kerajaan Galuh Tanduran dengan ditemani Patih Kidang Pananjung.
“Tetapi Prabu Haurkuning saat itu mengatakan, kalau kerajaan yang akan didirikan Raden Anggalarang itu hanya bisa bertahan seumur jagung saja,” kata Dedi.
Setelah Raden Anggalarang dengan Patih Kidang Pananjung berhasil mendirikan kerajaan, Anggalarang akhirnya menikah dengan Dewi Rengganis.
Karena kecantikan Dewi Rengganis kala itu menjadi buah bibir di mana-mana, sehingga para Bajo atau bajak laut dari daerah Nusakambangan berniat jahat ingin merebut Dewi Rengganis.
Sifat Bajo sangat jahat, tidak berprikemanusiaan dan selalu ingin menguasai hasil bumi masyarakat, baik hasil bumi dari daratan atau dari laut. Dengan berbagai cara dan upaya kala itu, akhirnya para Bajo berkali-kali berusaha menculik Dewi Rengganis dengan cara membunuh terlebih dulu Raden Anggalarang.
Tapi walau pun saat itu Raden Anggalarang terbunuh, upaya Bajo untuk menculik Dewi Rengganis tidak berhasil karena Dewi Rengganis selalu dilindungi Patih Kidang Pananjung.
“Saat dikejar oleh para bajo, Dewi Rengganis bersembunyi ke taman sari atau keputren yang merupakan salah satu taman Kerajaan Galuh Tanduran,” imbuh Dedi.
Dan di lokasi taman sari tersebut terdapat goa yang mengalir air, namun dengan kesaktian yang dimiliki Dewi Rengganis, ia bisa tembus ke dalam goa walau sepanjang lokasi goa itu merupakan sungai.
Setelah Dewi Rengganis masuk kedalam goa yang mengalir sungai tersebut, para Bajo tidak ada yang berani untuk masuk ke tempat itu dan akhirnya mengurungkan niat untuk menculik Dewi Rengganis.
“Sejak saat itulah, ketika Dewi Rengganis masuk ke goa itu tidak muncul lagi, beberapa tokoh supranatural berpendapat kalau Dewi Rengganis mengahilang atau tilem di tempat itu. Dan sejak kejadian itu juga goa tersebut dinamakan warga dengan nama Goa Rengganis. “kata warga Panannjung, Masruroh (52).
Seperti diketahui, Goa Rengganis tersebut memiliki panjang 125 meter dan lebar 2-3 meter dengan ketinggian sungai berpariatif dari mulai 2 meter hingga 13 meter dan berdiameter 13 meter.
Goa Rengganis diyakini oleh yang mempercayainya, sebagai tempat keramat dan airnya berkhasiat bisa mengakibatkan awet muda dan melancarkan jodoh, sehingga pada hari tertentu banyak orang yang sengaja mandi dengan harapan bisa awet muda dan dimudahkan mendapat jodoh.
“Hasil penelitian dan kajian ilmiah beberapa praktisi pendidikan menyatakan kalau air yang mengalir dari dalam Goa Rengganis memiliki kandungan MGCO3 yang dapat merapatkan atau memperkecil pori-pori kulit sehingga jika mandi menggunakan air tersebut sel kulit yang mati bisa hidup kembali dan segar,” pungkas Dedi Hermawan. (AGE).