H SURMAN: “TATANAN BUDAYA BERKAITAN ERAT DENGAN PENDIDIKAN BERKARAKTER”
https://www.pangandarannews.com/2017/05/h-surman-tatanan-budaya-berkaitan-erat.html
PANGANDARAN- Sebagai masyarakat tentunya semua berkeinginan agar bisa mempunyai kebudayaan yang lebih baik. Begitu juga pendidikan, berharap bisa lebih baik dan maju. Dalam ruang lingkup kebudayaan pun sangat luas, ia mencakup segala aspek kehidupan manusia dan pendidikan merupakan salah satu aspek di dalamnya.
Demikian disampaikan Kepala Dinas Pendidikan Pemudan dan Olahraga (Dikpora) Kabupaten Pangandaran, Drs. H. Surman, M.Pd. menurutnya, pendidikan yang terlepas dari kebudayaan akan menyebabkan alienasi dari subjek yang dididik serta bisa menyebabkan matinya kebudayaan itu sendiri. Sebagai suatu proses yang kompleks, tentunya diperlukan sebuah sistem yang dapat mendukung tercapainya tujuan dari pendidikan itu sendiri.
“Dalam perwujudannya, sebagai satu daerah yang memiliki budaya tentunya tujuan dan sistem pendidikan di Pangandaran harus berlandaskan pada budaya sesuai dengan kurikulum", ungkapnya.(5/5).
Surman yang ditemui PNews di ruang kerjanya, menambahkan, melalui pendidikan bisa dibentuk suatu tatanan kehidupan bermasyarakat yang maju dan berkarakter berdasarkan nilai-nilai dan norma budaya.
Sejalan dengan itu, lanjutnya, dari konsep budaya pendidikan berfungsi sebagai upaya untuk melestarikan budaya satu daerah agar tetap bisa dirawat dengan baik serta menjaga dari kepunahan akibat kemajuan jaman dan tekhnologi.
"Seperti halnya kita yang berada di daerah wisata sudah pasti akan ada pengaruh budaya luar yang dibawa wisatawan baik asing maupun domestic dan dengan alasan itu pendidikan menjadi ujung tombak dalam menetralisir pengaruh budaya negatif ", imbuhnya.
Ditambahkan Surman, kalau dibandingkan dengan budaya di Bali, akan nampak ciri khas di setiap bangunan, baik itu sekolah, kantor pemerintahan dan swasta serta hotel semuanya melukiskan karakteristik pulau dewata. Dari arsitek bangunan pun orang akan mengenal, dan itu berbeda dengan daerah-daerah lainnya.
"Coba kalau kita terapkan ciri khas budaya tersebut di Pangandaran sebagai kota wisata, pastinya orang akan lebih mengenal Pangandaran lewat tatanannya yang mencerminkan karakteristik budaya masyarakat kita yang santun dan agamis", tandasnya.
Dari aspek ekonomi, masyarakat Pangandaran akan bangga dengan komoditi gula aren asal Kecamatan Langkaplancar, gula kelapa dari Cimerak, ikan laut tangkapan para nelayan Pangandaran, Bojongsalawe, Batukaras, Madasari dan muaragatah.
Begitu juga aspek seni budaya, ada tarian Ronggeng gunung, seni Badud dan yang lainnya, yang pasti semuanya akan menjdi daya tarik wisatawan untuk berkunjung ke Pangandaran.
“Seandainya kita semua sudah merasa memiliki Pangandaran pastinya akan bisa tercapai cita cita dan visi-misi kita menjadi kabupaten wisata yang mendunia", pungkas Surman. (AGE)
Demikian disampaikan Kepala Dinas Pendidikan Pemudan dan Olahraga (Dikpora) Kabupaten Pangandaran, Drs. H. Surman, M.Pd. menurutnya, pendidikan yang terlepas dari kebudayaan akan menyebabkan alienasi dari subjek yang dididik serta bisa menyebabkan matinya kebudayaan itu sendiri. Sebagai suatu proses yang kompleks, tentunya diperlukan sebuah sistem yang dapat mendukung tercapainya tujuan dari pendidikan itu sendiri.
“Dalam perwujudannya, sebagai satu daerah yang memiliki budaya tentunya tujuan dan sistem pendidikan di Pangandaran harus berlandaskan pada budaya sesuai dengan kurikulum", ungkapnya.(5/5).
Surman yang ditemui PNews di ruang kerjanya, menambahkan, melalui pendidikan bisa dibentuk suatu tatanan kehidupan bermasyarakat yang maju dan berkarakter berdasarkan nilai-nilai dan norma budaya.
Sejalan dengan itu, lanjutnya, dari konsep budaya pendidikan berfungsi sebagai upaya untuk melestarikan budaya satu daerah agar tetap bisa dirawat dengan baik serta menjaga dari kepunahan akibat kemajuan jaman dan tekhnologi.
"Seperti halnya kita yang berada di daerah wisata sudah pasti akan ada pengaruh budaya luar yang dibawa wisatawan baik asing maupun domestic dan dengan alasan itu pendidikan menjadi ujung tombak dalam menetralisir pengaruh budaya negatif ", imbuhnya.
Ditambahkan Surman, kalau dibandingkan dengan budaya di Bali, akan nampak ciri khas di setiap bangunan, baik itu sekolah, kantor pemerintahan dan swasta serta hotel semuanya melukiskan karakteristik pulau dewata. Dari arsitek bangunan pun orang akan mengenal, dan itu berbeda dengan daerah-daerah lainnya.
"Coba kalau kita terapkan ciri khas budaya tersebut di Pangandaran sebagai kota wisata, pastinya orang akan lebih mengenal Pangandaran lewat tatanannya yang mencerminkan karakteristik budaya masyarakat kita yang santun dan agamis", tandasnya.
Dari aspek ekonomi, masyarakat Pangandaran akan bangga dengan komoditi gula aren asal Kecamatan Langkaplancar, gula kelapa dari Cimerak, ikan laut tangkapan para nelayan Pangandaran, Bojongsalawe, Batukaras, Madasari dan muaragatah.
Begitu juga aspek seni budaya, ada tarian Ronggeng gunung, seni Badud dan yang lainnya, yang pasti semuanya akan menjdi daya tarik wisatawan untuk berkunjung ke Pangandaran.
“Seandainya kita semua sudah merasa memiliki Pangandaran pastinya akan bisa tercapai cita cita dan visi-misi kita menjadi kabupaten wisata yang mendunia", pungkas Surman. (AGE)