BESEK BAMBU KINI SEMAKIN TERSINGKIRKAN PRODUK IMFOR BERBAHAN PLASTIK
https://www.pangandarannews.com/2019/11/besek-bambu-kini-semakin-tersingkirkan.html
TASIKNEWS-Dalam kurun waktu 5 tahun terakhir, permintaan besek (pipiti-sunda), yang terbuat dari bambu semakin menurun. Sepinya pembeli besek ini mungkin disebabkan semakin membanjirnya barang serupa yang terbuat dari bahan plastik.
Hal ini dirasakan para pengrajin yang sehari-hari membuat wadah dari anyaman bambu ini semakin kurang peminatnya. Seperti yang diungkapkan salah seorang pengrajain asal Kecamatan Karangnunggal, Acih (62). Menurutnya sudah lama besek hasil buatannya semakin tidak laku, padahal sebelumnya dari hasil penjualan barang yang terbuat dari bilah-bilah bambu ini bisa menjadi tambahan penghasilan untuk keperluan rumahtangganya.
Dulu, kata Acih, pesanan pipiti selalu datang hampir setiap hari dari berbagai kegiatan seperti hajatan atau pun permintaan dari berbagai daerah. Namun sekarang lambat laun semaki berkurang karena tergantikan besek plastik.
“Sekarang di acara hajatan pun sudah menggunakan yang berbahan plastik, mungkin lebih praktis, “ungkapnya.(9/11)
Menurunnya permintaan besek buatan Acih, mungkin karena masyarakat sekarang lebih senang menggunakan barang imfor, padahal jika dibandingkan harga tidak jauh berbeda. Atau kurangnya permintaan ini akibat kurangnya perhatian pemerintah pada sektor ekonomi mikro yang ada di pedesaan.
Padahal, pemerintah daerah melalui Dinas Pedagangan Koperasi dan UMKM bisa saja membuat regulasi atau terobosan untuk kembali menggunakan besek yang sudah jelas ramah lingkungan tanpa zat kimia seperti produksi yang berbahan dasar plastik.
Artinya, jika pemda bisa membuat kebijakan itu, secara langsung kebijakan ini bisa ikut menumbuhkan perekonomian masyarakat pedesaan. (UDI RUSTANDI)
Hal ini dirasakan para pengrajin yang sehari-hari membuat wadah dari anyaman bambu ini semakin kurang peminatnya. Seperti yang diungkapkan salah seorang pengrajain asal Kecamatan Karangnunggal, Acih (62). Menurutnya sudah lama besek hasil buatannya semakin tidak laku, padahal sebelumnya dari hasil penjualan barang yang terbuat dari bilah-bilah bambu ini bisa menjadi tambahan penghasilan untuk keperluan rumahtangganya.
Dulu, kata Acih, pesanan pipiti selalu datang hampir setiap hari dari berbagai kegiatan seperti hajatan atau pun permintaan dari berbagai daerah. Namun sekarang lambat laun semaki berkurang karena tergantikan besek plastik.
“Sekarang di acara hajatan pun sudah menggunakan yang berbahan plastik, mungkin lebih praktis, “ungkapnya.(9/11)
Menurunnya permintaan besek buatan Acih, mungkin karena masyarakat sekarang lebih senang menggunakan barang imfor, padahal jika dibandingkan harga tidak jauh berbeda. Atau kurangnya permintaan ini akibat kurangnya perhatian pemerintah pada sektor ekonomi mikro yang ada di pedesaan.
Padahal, pemerintah daerah melalui Dinas Pedagangan Koperasi dan UMKM bisa saja membuat regulasi atau terobosan untuk kembali menggunakan besek yang sudah jelas ramah lingkungan tanpa zat kimia seperti produksi yang berbahan dasar plastik.
Artinya, jika pemda bisa membuat kebijakan itu, secara langsung kebijakan ini bisa ikut menumbuhkan perekonomian masyarakat pedesaan. (UDI RUSTANDI)