MA SANI, POTRET BURAM KEHIDUPAN WARGA DI PELOSOK DESA
https://www.pangandarannews.com/2019/11/ma-sani-potret-buram-kehidupan-warga-di.html
TASIKNEWS-Miris, mungkin itu kata yang tepat untuk mengungkapkan keadaan rumah yang dihuni ibu tua di Dusun Gandamekar Rt 04 Rw 01 Desa Cikapinis Kecamatan Karangnunggal Kabupaten Tasikmalaya, Ma Sani.
Rumah, mungkin lebih tepatnya gubug dengan ukuran 2 x 3 meter ini sudah puluhan tahun ditempati Ma Sani, kini hampir posisinya sudah miring dengan kondisi dinding bilik bambu dan kayu-kayu penyangganya hampir seluruhnya keropos karena dimakan usia.
Entah siapa yang mau peduli, karena program perbaikan untuk Rumah Tidak Layak Huni (Rutilahu) dari pemerintah pun belum pernah Ma Sani terima. Sedangkan, jangankan untuk memperbaiki kondisi rumahnya, untuk keperluan makan dan biaya sehari-hari pun Ma Sani merasa kesulitan.
“Mungkin ini sudah nasib Ema seperti ini, “ungkapnya.(7/11)
Ternyata di tengah-tengah geliat pembangunan yang digelorakan pemerintah daerah tak mampu menutup simbol-simbol kemiskinan rakyat yang ada di pelosok, karena kondisi yang dialami Ma Sani nyaris tak pernah tersentuh laju roda pembangunan yang selama ini jadi kebanggaan pemerintah.
Bukan saja menjadi pemandangan hitam putih yang kontras, karena pada satu sisi anggaran milyaran rupiah pemerintah menjadi tembok kokohdan tiang oancang gedung-gedung pemerinta, tapi di sisi lain potret kehidupan masyarakat pedesaan seperi Ma Saninyaris luput dari perhatian semua.
Mungkin benar apa yang dikatakan Ma Sani, semuanya sudah menjadi nasibnya. Tapi Ma Sani tak pernah mengeluh dan tak pernah minta dikasihani, karena yang ia harap hanya rasa keadilan, itu pun jika masih ada. (ANWARWALUYO)
Rumah, mungkin lebih tepatnya gubug dengan ukuran 2 x 3 meter ini sudah puluhan tahun ditempati Ma Sani, kini hampir posisinya sudah miring dengan kondisi dinding bilik bambu dan kayu-kayu penyangganya hampir seluruhnya keropos karena dimakan usia.
Entah siapa yang mau peduli, karena program perbaikan untuk Rumah Tidak Layak Huni (Rutilahu) dari pemerintah pun belum pernah Ma Sani terima. Sedangkan, jangankan untuk memperbaiki kondisi rumahnya, untuk keperluan makan dan biaya sehari-hari pun Ma Sani merasa kesulitan.
“Mungkin ini sudah nasib Ema seperti ini, “ungkapnya.(7/11)
Ternyata di tengah-tengah geliat pembangunan yang digelorakan pemerintah daerah tak mampu menutup simbol-simbol kemiskinan rakyat yang ada di pelosok, karena kondisi yang dialami Ma Sani nyaris tak pernah tersentuh laju roda pembangunan yang selama ini jadi kebanggaan pemerintah.
Bukan saja menjadi pemandangan hitam putih yang kontras, karena pada satu sisi anggaran milyaran rupiah pemerintah menjadi tembok kokohdan tiang oancang gedung-gedung pemerinta, tapi di sisi lain potret kehidupan masyarakat pedesaan seperi Ma Saninyaris luput dari perhatian semua.
Mungkin benar apa yang dikatakan Ma Sani, semuanya sudah menjadi nasibnya. Tapi Ma Sani tak pernah mengeluh dan tak pernah minta dikasihani, karena yang ia harap hanya rasa keadilan, itu pun jika masih ada. (ANWARWALUYO)