BEAS PERELEK JADI JARING PENGAMANAN SOSIAL WARGA DESA HEGARWANGI
PANGANDARANNNEWS.COM/TASIKNEWS – Beberapa tradisi kehidupan di desa yang tidak bisa ditemui di perkotaan seperti beas perelek, merupakan salah-satu wujud kebersamaan dan sipat gotongroyong masyarakat pedesaan yang sudah ada turun temurun.
Beas perelek merupkan wujud bentuk gotong royong masyarakat yang berlatar budaya sunda dalam rangka mengatasi kesulitan pangan yang dialami warga, dan ini merupakan tradisi tolong-menolong khas urang Sunda.
Terdiri dari dua kata, beas (beras) dan perelek (bunyi yang dihasilkan saat bulir beras dituangkan pada sebuah wadah) merupakan wujud “kewajiban” seluruh warga desa untuk menyimpan sekitar satu sendok beras yang disimpan pada sebuah wadah kecil yang setiap malamnya beras-beras tersebut sekitar tengah malam akan diambil petugas ronda pada tiap malamnya. Dari 1-2 sendok makan beras yang terkumpul nantinya akan disimpan di rumah kepala dusun atau Ketua RW, dan dalam jangka waktu tertentu biasanya beras yang terkumpul itu akan diketahui jumlahnya saat beras tersebut akan digunakan untuk membantu jika ada salah seorang warga mendapat musibah atau memerlukan bantuan karena sesuatu hal.
Seperti dituturkan kepala Dusun Rt 03 Rw 06 Dusu Hegarwangi Desa Hegarwangi Kecamatan Bantarkalong Kabupaten Tasikmalaya, Budiman Abud, menurutnya ada dua tradisi turun temurun warga,seperti tradisi jimpitan, yaitu kegiatan gotong royong dalam rangka membantu kebutuhan pokok salah seorang warga yang memerlukan bantuan dan tradisi serupa yang dikenal dengan istilah Beas Perelek
“Manfaat beras perelek ini benar-benar sangat dirasakan di masa pandemi sekarang ini, “ungkap Budiman. (4/01)
Menurut Budiman, beas perelek yang bermula dari kearifan lokal budaya sunda yang bisa difungsikan untuk menabung dari 1-2 sendok bulir beras sehingga bisa terkumpul yang dimanfaatkan sepenuhnya untuk membantu warga sendiri (dari warga untuk warga).
Kenapa menggunakan beras, kata Budiman, karena jika menggunakan uang kadangkala warga adakalanya tidak punya, tapi ini diganti hanya dengan satu-dua sendok makan beras saja.
“Pada masa pendemi sekarang ini mungkin manfaat beas perelek ini bisa menjadi tawaran solusi dan meruapakn salah satu bentuk jaring pengaman sosial, “jelas Budiman.
Sementara secara terpisah, saat ditemui di ruang kerjanya, Kepala Desa Hegarwanggi, Muhamad Taufan atau yang lebih akrab disapa Pan-pan, mengatakan, pihaknya berusaha agar di Desa Hegarwangi tidak ada warga yang tidak mampu memasak nasi, karena desa akan segera memberi bantuan jika memang ada warga yang diketahui tidak mampu membeli beras.
Disoal kegiatan beas perelek yang dilakukan warga, menuurutnya, kegiatan ini sudah ada sejak dulu dan sudah menjadi tradisi masyarakat.
Jadi, imbuhnya, program jaring pengaman sosial ini sudah ada sejak lama di pedesaan walau dilaksanakan dengan cara sederhana yang kental dengan tradisi dan kearifan lokal, dan ini merupakan gerakan gotong-royong untuk saling membantu antara sesama warga.
“Jadi beas perelek ini benar-benar merupakan gerakan moral dari warga dan manfaatnya sepenuhnya untuk warga, “Pungkasnya. (ANWARWALUYO)