Festival Bahasa Ibu Di Lingkup Pendidikan Karangnunggal Jadi Ajang Pelestarian Budaya Daerah
langkah inspiratif bagi pendidikan dan pembelajaran bahasa di Jawa Barat untuk menuju tingkat lebih baik, terlebih bahasa ibu merupakan bahasa pertama yang dikuasai dan dipahami oleh seseorang saat dirinya pertama kali mengenal bahasa serta belajar bicara sejak lahir yang berkembang melalui interaksi dengan sesama anggota keluarga ataupun masyarakat di lingkungannya.
Demikian disampaikan Ketua Paguyuban Seni Budaya Kecamatan Karangnunggal Kabupaten Tasikmalaya, Yuyu, saat memberikan keterangan dalam pembukaan Festival Tunas Bahasa Ibu jenjang SD bertempat di Aulia kantor UPTD Pendidikan Kecamatan Karangnunggal.(20/08/24)
Kegiatan ini, kata Yuyu, diharapkan mampu mengedukasi generasi muda dan masyarakat umum bahwa berbahasa daerah sangat bagus dan mudah dimengerti.
"Bahasa yang dipahami dan diucapkan pertama kali oleh seseorang, itulah yang menjadi bahasa ibu orang tersebut," terang Yuyu.
Dan tentu maksud kegiatan ini, menurutnya, selain memiliki bibit-bibit yang akan melestarikan bahasa daerah juga akan bisa memberikan contoh bahwa dengan berbahasa daerah itu tidak kampungan tapi justru lebih keren sehingga anak-anak muda itu akan melihat ternyata dengan berbahasa ibu pun bisa berprestasi.
Yuyu mengatakan, kegiatan ini menjadi salah satu agenda penting dalam menggali dan merawat kecintaan terhadap bahasa ibu sebagai warisan budaya yang sangat berharga, sekaligus memupuk rasa bangga akan keberagaman bahasa yang ada di tanah air.
Selain itu, imbuhnya, festival ini juga bukan sekadar ajang perlombaan bagi jenjang anak-anak melainkan peluang untuk mengasah keterampilan berbahasa, kreativitas, dan daya imajinasi.
"Saya yakin setiap peserta telah menunjukkan kesungguhan dan kerja keras yang luar biasa dalam mempersiapkan diri untuk tampil hari ini," ujar yuyu.
Sementara Ketua K3S Kecamatan Karangnunggal, Eli Romli s.PD menambahkan, kegiatan ini merupakan rangkaian dari revitalisasi bahasa daerah yang sudah dilakukan sejak semester awal pembelajaran di sekolah dengan materi-materi yang bisa dipilih oleh para siswa mulai dari mendongeng, sajak, hingga ngabodor (stand up comedy khas sunda) dan lainnya.
"Mereka ini adalah para pilihan yang akan maju ke tingkat kabupaten, maka sebagai bentuk apresiasi kepada mereka yang sudah berprestasi kita adakan festival tingkat provinsi ini," kata Eli.
Ia menambahkan, kegiatan ini juga bertujuan untuk melestarikan dan membumikannya bahasa daerah agar tetap eksis yang dapat dilakukan di tiga lingkungan yakni keluarga, sekolah, dan masyarakat.
Eli berharap, siswa-siswi yang ikut lomba tingkat di kecamatan ini bisa ikut ke tingkat kabupaten.
Kegiatan Festival Bahasa Ibu tahun ini, ucap Eli, diikuti 54 sekolah dasar untuk 14 mata lomba dari mulai tembang pupuh, baca dan lainnya.
"Saya berharap dari kegiatan ini akan memenangkan sampai ketika provinsi minimal dua mata lomba," ungkapnya.(anwarwaluyo)