Rencana Reaktivasi PT KAI Banjar-Pangandaran, Dipastikan 4 Ribu KK Akan Terdampak

![]() |
bangunan-bangunan di atas rel KAI |
Saat diminta tanggapannya petugas KNA (Komersial Non Angkutan) PT. KAI wilayah Banjar-Cijulang, Bangbang Turisno, ia mengaku tidak tahu persis apakah rencana reaktivasi rel kereta Banjar - Pangandaran ini memang benar akan dilaksanakan tahun ini seperti disampaikan wagub jabar.
Menurutnya kewenangan tersebut sepenuhnya ada di kantor Daerah Oprasional (DAOP) II Bandung, dan ia mempersilahkan media untuk menemui langsung bagian Humas Daop II di Bandung.
"Saya tidak punya kapasitas untuk memberi tanggapan tentang hal itu, silahkan tanya langsung ke humas di bandung," kata Bangbang.(28/04/25)
Bangbang mengatakan, dalam data yang ia miliki tercatat ada sekitar 3-4 ribu Kepala Keluarga (KK) yang saat ini menempati area bantaran rel kereta api.
Sebenarnya jumlah tersebut bisa lebih jika dihitung jumlah bangunan yang ada di tanah milik PT. KAI ini, namun kata Bangbang, bangunan tersebut ini ada yang di lokasi jarak aman dan tidak aman.
Bangbang menjelaskan, yang disebut jarak tidak aman adalah bangunan yang ada dalam radius 7 meter dari bantaran rel dan bangunan jarak aman adalah yang lokasinya lebih dari 7 meter dari rel.
"Karena ada tanah yang jarak lokasinya hingga 90 meter dari rel, tapi ini masih milik PT KAI," jelasnya.
Bangbang menyebut, tugas dari KNA ini hanya mencatat dan mendata masyarakat yang menempati tanah milik PT KAI, lalu membuat buku kontrak perjanjian dan menerima sewa lahan walau pembayarannya sekarang bisa juga dilakukan secara on line.
Besaran harga sewanya disesuaikan dengan Nilai Jual Obyek Pajak (NJOP) masing-masing lokasi, untuk yang digunakan hunian sebesar Rp5 ribu per meter sementara yang digunakan untuk kebun, sawah dan kolam sebesar Rp1500 per meter.
Bangbang juga mengatakan, dalam kontrak perjanjian antara pengguna lahan dan PT KAI ini, diantaranya pengguna harus membayar sewa, tidak merubah posisi awal, bangunan tidak boleh permanen, apabila PT KAI akan menggunakan kembali tidak ada ganti rugi dan lainnya.
"Namun sekali lagi terkait reaktivasi PT KAI Banjar-Pangandaran ini, silahkan datang saja langsung ke humas daop 2 di Bandung," imbuhnya.
Seperti diketahui, kereta dengan lokomotip diesel dan gerbong terbuat dari kayu jurusan Banjar-Cijulang ini resmi berhenti pada tahun 1983, saat Gunung Galunggung di Tasikmalaya meletus.
Kereta ini melintasi beberapa statsiun, diantaranya statsiun pemberangkatan di Banjar, Batulawang, Banjarsari, Cangkring, Cicapar, Padaherang, Ciganjeng, Tunggilis, Kalipucang, Sumber, Ciputrapinggan, Pagandaran, Cikembulan, Ciokong, Cibenda, Parigi dan berakhir di statsiun Cijulang.
Namun seiring berjalannya waktu, dari sejumlah statsiun tersebut hanya menyisakan 4 statsiun saja walau dengan kondisi tinggal puing saja.
"Statsiun Banjarsari, Kalipucang, Pangandaran dan statsiun Cijulang," ungkap Bangbang.(hiek)